Serang, - Mentari pagi di
Desa Silebu bersinar lembut, namun suasana hati warga terasa berat. Para
prajurit TNI yang telah sebulan berbaur dengan kehidupan mereka kini bersiap
untuk kembali ke barak. Setiap sudut desa seolah merasakan kepergian mereka,
yang telah menanamkan harapan dan kebahagiaan di tengah kesederhanaan. Air mata
mengalir di pipi warga, menandakan betapa dalamnya ikatan yang terjalin selama
ini, Senin (9/6/2025).
?
?Di bawah pohon mangga yang rindang, terlihat seorang ibu berpakaian daster
berwarna kuning lusuh menggendong anaknya dengan tatapan penuh haru, memandangi
rumah barunya yang kini kokoh berdiri. Dulu, rumah itu berdindingkan bilik
bambu dan bocor saat hujan. Kini, ia bisa tidur tenang, tidak merasa takut lagi.
?
?Bukan hujan membasahi tanah melainkan air mata warga yang berat melepas para
prajurit yang telah memberikan lebih dari sekadar bangunan. ?Teriakan prajurit
tidak ada lagi terdengar, semua menahan kesedihan mendalam, satu persatu barang
barang dinaikkan ke atas kendaraan berwarna hijau tua yang berpelat nomor TNI.
?
?Selama 30 hari, satgas TMMD ke-124 bekerja tanpa henti, membangun bukan hanya
fisik, tetapi juga kehidupan masyarakat. Delapan rumah yang dulunya rapuh kini
berdiri megah, jalan yang menghubungkan Desa Silebu dengan Sukajadi telah diperbaiki,
dan fasilitas umum seperti mushola dan MCK telah dibangun. Semua itu adalah
hasil dari kerja keras dan keikhlasan para prajurit yang tak kenal lelah.
?
?Namun, yang paling berkesan adalah hubungan yang terjalin antara anggota
satgas dan masyarakat. Anak-anak yang dulunya pemalu kini berlari-lari, tertawa
lepas saat mengantar para tentara ke pinggir jalan. Pelukan erat dan bisikan
terima kasih mengalir dari warga, menandakan betapa mereka akan merindukan
kehadiran para prajurit. “Jangan
lupakan kami,” ucap mereka mengekspresikan rasa syukur yang mendalam.”
?
Dansatgas TMMD Ke-124, Letkol Arm Oke Kistiyanto, tampak tegar meski matanya
sembab menahan kesedihan. “Kami
datang bukan hanya untuk membangun desa, tetapi juga harapan. Kini saatnya kami
kembali, tetapi hati kami akan selalu tertinggal di sini,” katanya dengan suara
bergetar.”
Warga mengiringi kepergian
mereka dengan doa dan air mata, mengenang setiap momen berharga yang telah
terjalin. Desa di ujung timur Kabupaten Serang telah berubah, jalan setapak
yang dulunya sulit dilalui kini telah di sulap menjadi jalan antar desa.
Anak-anak berlarian menuju
sekolah dengan ceria, tanpa rasa takut yang menghantui orang tuanya. TMMD
Ke-124 mungkin telah usai, tetapi jejak kebersamaan dan harapan yang ditinggalkan
akan terus hidup di hati warga.
Dalam
keheningan pagi itu, satu hal pasti, dan mereka akan selalu mengenang para
prajurit yang telah mengubah hidup mereka, dan mungkin, suatu saat nanti,
mereka akan kembali. (Pen)